Senin, 07 Oktober 2024

RESENSI BUKU 'MILLENIAL KILL EVERYTHING' (Government Perspectif) by Aldinu Dervis

06.03 By Inspiration Hunter


Bersama Yuswohady

Kata Millenial identik dengan karakteristik dan gaya hidup dari generasi yang lahir di era Millenium pada Tahun 1981 s/d 1995 dimana pada masa ini semua aspek kehidupan ada sentuhan teknologinya, serba digital dan ber_akselerasi tinggi. 

Bahwasanya hampir semua lini mengalami 'distruptive change' termasuk pada sektor public service (baca: pemerintahan). Tentu saja pemerintahan tidak bubar sebagaimana beberapa sektor swasta, kecuali mereka bisa beradaptasi secepatnya. Perbankan contonya, saat ini ramai - ramai melakukan akuisisi ke platform berbasis digital untuk menghindari resiko distrupsi. Sistem dan pola pelayanan Pemerintah
Mereka beramai-ramai melakukan aksi akuisisi hingga mengembangkan platform digital.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Fenomena Disrupsi Digital: Bank Besar Caplok Bank Mini hingga 'Sulap' Aplikasi", Klik selengkapnya di sini: https://finansial.bisnis.com/read/20211220/90/1479525/fenomena-disrupsi-digital-bank-besar-caplok-bank-m-hingga-sulap-aplikasi.
Author: Rika Anggraeni
Editor : Annisa Sulistyo Rini

Download aplikasi Bisnis.com terbaru untuk akses lebih cepat dan nyaman di sini:
Android: http://bit.ly/AppsBisniscomPS
iOS: http://bit.ly/AppsBisniscomIOS
banyak bergeser dengan penerapan E_Government.
  
Mereka beramai-ramai melakukan aksi akuisisi hingga mengembangkan platform digital.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Fenomena Disrupsi Digital: Bank Besar Caplok Bank Mini hingga 'Sulap' Aplikasi", Klik selengkapnya di sini: https://finansial.bisnis.com/read/20211220/90/1479525/fenomena-disrupsi-digital-bank-besar-caplok-bank-m-hingga-sulap-aplikasi.
Author: Rika Anggraeni
Editor : Annisa Sulistyo Rini

Download aplikasi Bisnis.com terbaru untuk akses lebih cepat dan nyaman di sini:
Android: http://bit.ly/AppsBisniscomPS
iOS: http://bit.ly/AppsBisniscomIOS
Fenomena disrupsi digital membuat bank-bank besar tak ayal banyak melakukan berbagai cara untuk tetap eksis dan diminati para nasabah. Mereka beramai-ramai melakukan aksi akuisisi hingga mengembangkan platform digital.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Fenomena Disrupsi Digital: Bank Besar Caplok Bank Mini hingga 'Sulap' Aplikasi", Klik selengkapnya di sini: https://finansial.bisnis.com/read/20211220/90/1479525/fenomena-disrupsi-digital-bank-besar-caplok-bank-m-hingga-sulap-aplikasi.
Author: Rika Anggraeni
Editor : Annisa Sulistyo Rini

Download aplikasi Bisnis.com terbaru untuk akses lebih cepat dan nyaman di sini:
Android: http://bit.ly/AppsBisniscomPS
iOS: http://bit.ly/AppsBisniscomIOS
 
Patut dipahami bahwa sektor pemerintah itu produk utamanya adalah pelayanan, berbeda dengan swasta dimana produk atau targetnya adalah omset. Jelas berbeda yang satu tidak butuh upaya survive yang satu berusaha terus survive, kalau tidak gulung tikar atau terdistrupsi. Buku ini membahas secara detail beberapa produk dan gaya hidup yang "terbunuh" (mulai ditinggalkan).


Segala hal yang terkait program/layanan publik dari pemerintah tidak disebutkan dalam buku ini yang ikut terbunuh, walau kenyataannya beberapa di antaranya mengalami revolusi seperti sistem pendidikan. Kalangan millenial saat ini cenderung belajar secara outodidak dengan kemudahan akses informasi. Di sisi lain sumber daya pengajar banyak di antaranya sulit beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
 
Dari sekian banyak hal yang terdistrupsi atau dalam kondisi 'to be killed' menurut buku yang tebalnya 317 halaman ini, yang menarik adalah di era 4.0 kalangan milenial tidak butuh kantor atau senang dengan pekerjaan yang lebih flexible dan substantif. Mereka lebih suka 'memamerkan' pengalaman ketimbang kemapanan.
 
Hal inilah mungkin menginspirasi Pemerintah melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) mengeluarkan wacana bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) atau sering juga disebut Pegawai Negeri Sipil (PNS) bisa bekerja di rumah.
 
Tulisan di atas sebelum Pandemi.
to be Continued 
 
 
Plt.Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN), Bima Haria Wibisana mengungkapkan ada beberapa alasan mengapa wacana WFA sangat dimungkinkan. Tidak hanya digitalisasi yang semakin cepat, tetapi juga aspek sumber daya manusia yang berkompetensi. Adanya bonus demografi di Indonesia pada 2030 mendatang akan memberikan penduduk yang produktif dalam jumlah yang besar. “Bonus demografi akan melahirkan generasi milenial dan generasi Z yang fasih dengan teknologi,” papar Bima dalam Forum Diskusi bertajuk Transformasi Layanan ASN Menuju WFA di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Jumat (24/6/2022).
 
Lebih lanjut Bima menyampaikan bahwa era teknologi saat ini menjadikan kita semakin terhubung dengan internet. Dengan adanya Covid-19, instansi pemerintah secara cepat beradaptasi dengan membangun aplikasi untuk terus memberikan layanan kepada publik meskipun bekerja secara WFH. Tidak hanya masyarakat yang diuntungkan dengan layanan secara digital yang praktis dan cepat, perubahan sistem kerja menjadi WFH juga memberikan dampak positif bagi ASN. “Sistem WFH rupanya memberikan tingkat kepuasan bekerja yang lebih baik bagi ASN milenial. Banyak studi menunjukkan terjadi peningkatan produktivitas sebesar 47% ketika karyawan melakukan WFH,” lanjutnya.

Bima menambahkan bahwa untuk mewujudkan WFA seorang pegawai harus memahami output/kinerja harian yang dilakukan setiap harinya. Di sisi lain pemerintah juga dapat mengupayakan terciptanya WFA melalui regulasi. Antara lain yaitu mempercepat penerapan Perpres 39/2019 tentang Satu Data Indonesia, mempercepat penerapan Perpres 95/2019 tentang SPBE, termasuk pemenuhan infrastruktur dasar teknologi informasi, serta mempercepat proses RUU perlindungan data pribadi. Sumber :https://www.bkn.go.id/mewujudkan-wacana-wfa-bagi-asn/


0 comments: