12 Tahun merantau tanpa terasa, baru terasa saat di kampung halaman. Banyak yang telah tiada. Renungan membawa pada sosok/ sanak saudara dan handai taulan yang telah berpulang.
Dulu di kampung halaman ini kami senantiasa disambut dengan suka cita oleh kakek, nenek dan kerabat dekat. Satu per satu mereka telah 'pergi'.
Di kampung rantau kami hanya senantiasa menerima kabar duka tanpa 'kesan', tanpa mampu melayat. Semua baru terasa kini, di relung hati.
Beberapa kerabat yang masih hidup pun nampak semakin dimakan usia. Begitulah kehidupan yang fana senantiasa berotasi. Anak jadi remaja, remaja jadi dewasa dan dewasa jadi tua.
Kampung halaman yang senantiasa hijau saat musim tanam, air sungainya sejuk lagi jernih, pegunungan di sekelilingnya menambah nuansa permai, masihlah seperti dulu.
Ada yang berubah, tiada lagi kuda yang dulunya meringkik di kolom-kolom rumah, tiada lagi anak-anak yang main kelereng dan kuda-kudaan dari pelapa pisang, tiada lagi bendi yang dulunya membawa kami ke Pasar, yang tersisa hanya kenangan.
Terima kasih ya Rab atas takdirmu. Takdir yang membawaku pada sisa perjalanan hidup yang tertentu.
0 comments:
Posting Komentar