PENTINGNYA EPIDEMIOLOGY SPASIAL TERKAIT PENYEBARAN VIRUS CORONA


Wabah virus corona saat ini menjadi isu global menghantui masyarakat dunia. Berbagai spekulasi muncul penyebab mewabahnya virus ini, mulai dari isu  tradisi menu makanan pada etnis tertentu khususnya di Cina, isu tentang bocornya laboratorium penelitian virus di Wuhan, isu serangan senjata biologis dari negara rival, dst.

Apapun penyebabnya yang jelas virus ini mesti dibatasi penyebarannya. Berbicara tentang penyebaran tentunya terkait dengan radius, luasan, posisi penderita, dst. Penderita dari penyakit ini mestinya diisolasi pada radius tertentu. Oleh karena itu data penderita mesti tersedia, begitu pula jalur atau pintu masuk keluarnya wabah ini mesti diketahui secara pasti. 

Tingginya mobilitas manusia dewasa ini mempercepat menyebarnya virus ini ke seluruh penjuru antara negara khususnya melalui bandara atau pelabuhan. Oleh karena itu standar prosedur operasional di kedua tempat tersebut mesti diperketat. Secara teori upaya untuk mempersempit ruang gerak atau mobilitas penderita akan menurungkan probabilitas penyebaran virus. 

Pemetaan penyebaran virus corona perlu dilakukan untuk mempermudah petugas epidemi dalam melakukan pencegahan dan penyelesaian masalah yaitu dengan penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem ini mampu memberikan informasi seperti wilayah, angka dan titik kasus penyebaran dengan mengetahui posisi penderita. Sistem informasi geografis (SIG) merupakan sistem yang dapat mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, dan memvisualisasikan data yang dapat digunakan di berbagai bidang, termasuk bidang epidemiology.

Menurut WHO, SIG (Sistem Informasi Geografis) dapat digunakan untuk: menentukan distribusi geografis penyakit, analisis trend spasial dan temporal, pemetaan populasi berisiko, stratifikasi faktor risiko, penilaian distribusi sumberdaya, perencanaan dan penentuan intervensi, dan monitoring penyakit. 

Sedangkan menurut (Soontornpipit 2016) menyebutkan manfaat Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam kesehatan masyarakat adalah menilai resiko dan ancaman kesehatan dalam masyarakat, mengetahui distribusi penyakit dan investigasi wabah yang dapat digunakan untuk perencanaan dan implementasi program pelayanan kesehatan sekaligus juga dapat dimanfaatkan untuk evaluasi dan pengawasan program.

Sistem informasi geografis (SIG) dapat mengolah data base di Rumah Sakit menjadi informasi yang bersifat analitik dan membantu pihak rumah sakit ataupun instansi di bidang kesehatan dalam pengambilan keputusan. Informasi yang dihasilkan berupa peta penyebaran penyakit (menggunakan metode Kriging), grafik tingkat ketahanan hidup pasien (menggunakan metode survival analysis), serta berbagai grafik yang berguna untuk melihat karakteristik data pasien, seperti grafik jumlah pasien dari waktu ke waktu, histogram distribusi usia pasien, dan lain-lain.

Salah satu contoh penerapan SIG untuk kasus Corona sebagaimana yang ditampilkan pada gambar di atas (untuk data terbaru klik alamat situs). Data yang ditampilkan di atas adalah data grafik  yang menunjukkan jumlah kasus Corona dari waktu ke waktu di tiap negara. Semakin besar grafik lingkaran yang ditampilkan maka semakin tinggi jumlah kasus.

Dengan demikian penggunaaan sistem informasi geografi (GIS) sangat direkomendasikan penggunaannya dalam membantu peningkatan pelayanan kesehatan salah satunya dalam layanan keperawatan kepada masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

ESRI. (2011). Early Detection and Response to Infectious Disease Table of Contents. New york street. Retrieved from www.esri.com

GIS Best Practices. (2011). Early Detection and Response to Infectious Disease. Nurwegia
Krisna, K. P. A., Piarsa, I. N., Buana, P. W. (2014). Sistem Informasi Geografis Pemetaan Penyebaran Penyakit Berbasis Web, 2(3), 271–279. Retrieved from http://ojs.unud.ac.id/index.php/merpati/article/view/17896

Kurniadi, A. (2011). Sistem Informasi Geografis Guna Pemetaan Data Kejadian Penyakit untuk Keperluan Surveilans dan Kewaspadaan Dini Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang. Jurnal Dian, 11(1), 10–25. Retrieved from http://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes/article/view/683

Milinovich, G. J., Williams, G. M., Clements, A. C. A., Hu, W., & Grove, K. (2014). Internet-based surveillance systems for monitoring emerging infectious diseases. The Lancet Infectious Diseases, 14(2), 160–168. http://doi.org/10.1016/S1473-3099(13)70244-5

Nygarird, K., Werner-Johansen, S. Ronsen, D. A. Caugant, S., A. Kanestrom, E. Ask, J. Ringstad, R. degard, T. Jensen, T. Krogh, E. A. H., & E. Ragnhildstveit, I. S. Aaberge, and P. A. (2010). An outbreak of legionnaires disease caused by long-distance spread from an industrial air scrubber in Sarpsborg, Norway. Retrieved from www.pubmed.gov

Ramadona, A.L. & Kusnanto, H. (2011). Open Source GIS : Aplikasi Quantum GIS Untuk Sistem Informasi Lingkungan. BPFE. Yogyakarta

Rostianingsih, S., Kusuma, Y. R., Halim. s., Yuliana, O. Y., Budhi, G. S. (2015). Pemetaan Penyebaran Penyakit dengan Metode Kriging, (1), 121–131. Retrieved from http://onesearch.id/Record/IOS3126-oai:generic.eprints.org:15106

Samadbeik, M., Gorzin, Z., Khoshkam, M., Roudbari, M. (2015). Managing the security of nursing data in the electronic health record.Acta Informatica Medica, 23(1), 39-43. doi:http://dx.doi.org/10.5455/aim.2015.23.39-43

Satiawan. A. (2015). Sistem Informasi Geografi (SIG).. Dikutip dari http://tanjungmaya.co.id/2015/01/sistem-informasi-geografi-sig.html

Soontornpipit, P., Viwatwongkasem, C., & Taratep, C. (2016). Development of the electronic surveillance monitoring system on web applications. Procedia - Procedia Computer Science, 86(March), 244–247. http://doi.org/10.1016/j.procs.2016.05.110

Widyawati1, Nitya1, I. F., Syaukat, S., Tambunan, R. P., Soesilo, T. E. B. (2011). Penggunaan Sistem Informasi Geografi Efektif Memprediksi Potensi Demam Berdarah di Kelurahan Endemik. Jurnal Makara Kesehatan, 15(1), 21–30. Retrieved from journal.ui.ac.id/index.php/health/article/download/794/756

0 comments: