Selasa, 31 Oktober 2023

Pertanian Sebatik, antara Harapan dan Tantangan by Aldinu Dervis

20.49 By Inspiration Hunter





    Dari hasil kegiatan penyediaan data spasial kondisi sosial, ekonomi masyarakat Sebatik diketahui bahwa masyarakat Sebatik pada umumnya berada pada level ekonomi menengah ke bawah dimana 77,5 persen berprofesi sebagai Petani, 3,8 persen berprofesi sebagai Wiraswasta, 3,0  persen berprofesi sebagai Pegawai negeri dan 15,7 persen berprofesi sebagai Nelayan. Pada umumnya Nelayan bermukim di sepanjang pesisir pantai Desa Tanjung Karang di sebagian wilayah Rt 01, wilayah Rt.04, wilayah Rt.07, wilayah Rt.08, sebagian wilayah Rt.09  dan wilayah Rt.11. dan Nelayan di Desa Balansiku bermukim di wilayah Rt.03. 

Potensi Sawah antara  Kendala dan Harapan
   Dari hasil analisis SIG dan hasil Ground Check tentang potensi lahan persawahan di Kecamatan Sebatik adalah 101,04 Ha. Keterbatasan infrastruktur pertanian (tanaman padi), khususnya irigasi merupakan masalah utama yang menghambat optimalisasi produksi padi di kecamatan Sebatik. Hal ini menyebabkan hasil produksi lokal tidaklah mencukupi supply pangan di Kecamatan Sebatik namun juga produksi dari luar. Supply dari BULOG  dalam bentuk beras miskin salah satu program pengentasan kemiskinan dan berkontribusi dalam rangka ketahanan pangan di Kecamatan Sebatik.
   Potensi sawah yang dimaksud adalah berupa hamparan lahan sawah baik yang dikelolah secara kontinyu ataupun tidak. Terbatasnya irigasi menjadi salah satu kendala utama dalam upaya optimalisasi produksi padi sehingga hamparan sawah yang ada pada umumnya hanya berupa lahan tidur pada musim tertentu dan tidak dikelolah dengan baik. Selama ini musim tanam hanya sekali setahun karena lahan persawahan hanya mengandalkan tadah hujan. Hal ini juga memicu perubahan fungsi lahan secara radikal. Curah hujan yang tinggi sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai cadangan air dengan cara ditampung di waduk-waduk atau embung dimana upaya pembanguan embung di beberapa lokasi strategis telah dilaksanakan namun sekali lagi persoalan agraria menjadi masalah klasik yang dihadapi Pemerintah selama ini. Tingginya harga tanah menyebabkan Pemerintah tidak sanggup membeli atau memberi ganti rugi, di sisi lain resiko hukum terkait status lahan yang pada umumnya belum bersertifikat dimana ganti rugi hanya berlaku bagi lahan yang memiliki legalitas formal.    
  Pembangunan infrastruktur berupa perbaikan dan pembukaan badan jalan kebun meningkatkan aksebilitas dari titik produksi ke titik pemasaran. Persoalan yang dihadapi para Petani adalah pemasaran yang masih mengandalkan pasar Tawau dimana proteksi harga tidak terkontrol memicu praktek spekulasi harga. Sekali lagi motif ekonomi dan aspek lingkungan menjadi dua sisi mata uang yang saling bertolak belakang, ruang atau lahan untuk reservoir air terabaikan, akses pemilikan dan pengelolaan lahan oleh pemilik modal tidak terkendali menyebabkan regulasi dan tata ruang hanya sebatas hitam di atas putih.  

Potensi Tambak antara Peluang dan Tantangan
   Dari hasil analisis SIG dan hasil Ground Check tentang potensi lahan Tambak di Kecamatan Sebatik adalah; 17,41 Ha. Lahan tambak tersebar luas di sekitar daerah pesisir Desa Balansiku, di sekitar daerah pesisir Desa Tanjung Karang dan terdapat tambak air tawar di Desa Sungai Manurung. Lahan tambak pada umumnya hanya berupa genangan air yang ditumbuhi sisa vegetasi bakau. Budidaya ikan bandeng dan udang selama ini belum pernah menuai hasil maksimal bahkan gagal oleh beberapa faktor ; pola pengelolaan lahan tambak masih tradisional, kualitas tanah yang tidak baik dan tingginya predasi terhadap bibit ikan atau udang. Intensifikasi, diversifikasi budidaya tambak dengan pola pengeloaan silvofishery bisa menjadi alternatif dalam rangka peremajaan kembali lahan-lahan tambak yang vakum serta budidaya kepiting bakau atau budidaya rumput laut untuk jenis gracillarya.

0 comments: